Penulis: Zihan Dwi Lestari
Singaraja, 22 Juni 2025 — PMM Al-Hikmah Undiksha kembali menggelar Kajian Series Akhwat dengan tema “Menjadi Muslimah Produktif di Ranah Publik”. Acara ini diselenggarakan di Gedung Rektorat Ganesha, dan dihadiri oleh para tamu undangan serta pengurus PMM Al-Hikmah. Kajian ini menghadirkan narasumber Dra. Mihartini yang menyampaikan pesan-pesan inspiratif untuk para Muslimah dalam menghadapi tantangan di ruang publik.
Ketua PMM Al-Hikmah, Eril Paizi, dalam sambutannya menjelaskan latar belakang diadakannya kajian ini. Menurutnya, kegiatan ini merupakan bentuk implementasi dari tupoksi bidang keakhwatan yang berfokus pada isu-isu keperempuanan. Ia menyampaikan bahwa dalam Islam, perempuan memiliki peran yang sangat besar sebagai rahim peradaban dan madrasatul ula (sekolah pertama) bagi generasi penerus.
“Jika kita ingin menghancurkan suatu peradaban, maka hancurkanlah perempuannya. Dan jika kita ingin membangun peradaban, maka upgrade-lah perempuannya,” ujar Eril mengutip sebuah pepatah yang menjadi dasar pemikiran kajian ini.
Ia menambahkan bahwa kajian ini juga bertujuan untuk menepis stigma yang masih ada di masyarakat bahwa perempuan hanya layak berada di rumah atau di dapur. Padahal, perempuan memegang peranan penting sebagai tonggak pertama pendidikan dan harus memiliki kecerdasan yang bahkan melebihi laki-laki, karena dari tangannyalah generasi bangsa terbentuk.
Sementara itu, Dra. Mihartini dalam pemaparannya menekankan pentingnya pengorbanan dalam meraih surga, sembari mengingatkan bahwa dunia adalah tempat untuk bersusah payah. Ia mengajak para peserta untuk tidak membandingkan acara kajian dengan kegiatan lain yang mungkin lebih menarik secara hiburan, namun tidak sebanding nilainya dalam kebermaknaan ibadah.
Mengutip QS Ar-Ra’d ayat 11, beliau menegaskan pentingnya menuntut ilmu yang disertai ibadah agar memiliki nilai pahala di sisi Allah. Menurutnya, Muslimah produktif adalah perempuan Muslim yang aktif dan mampu memberi kontribusi positif dalam berbagai aspek kehidupan. Ia juga menyampaikan bahwa ketika seorang Muslimah berada di lingkungan minoritas, setiap amal kebaikannya justru bernilai lebih besar.
“Produktif tidak hanya berarti menghasilkan sesuatu secara fisik, tetapi juga menghasilkan pahala. Jangan lupa, jika ingin kehidupan yang baik di masa depan, cukup datang kepada ibunda. Di sanalah awal dari peradaban itu dibentuk,” ungkapnya.
Dra. Mihartini juga menyarankan agar kajian selanjutnya bisa dikemas dengan judul dan tema yang lebih menarik, misalnya tentang mencari pasangan, serta melibatkan hadiah seperti doorprize laptop untuk menarik lebih banyak peserta.
Acara berlangsung hangat dan penuh semangat, mencerminkan antusiasme para peserta dalam memahami peran Muslimah secara utuh, tidak hanya dalam lingkup domestik, tetapi juga di ranah publik. Kajian ini menjadi pengingat bahwa menjadi Muslimah yang produktif adalah tentang menjadi pribadi yang cerdas, tangguh, dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam di tengah arus zaman.